SELAMAT DATANG DI "BELAJAR NGAJI"

Jumlah Pengunjung

22 February 2020

KISAH ABDULLAH BIN MAS'UD 2

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


  • Kemampuan yang Dimiliki Abdullah bin Mas’ud


Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al Qur’an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi Muhammad SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al Qur’an. Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al Qur’an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.

Tentang kemampuannya di bidang Al Qur’an, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin mendengar Al Qur’an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al Qur’an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas’ud). Barang siapa ingin membaca Al Qur’an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…” Beliau juga pernah bersabda, “Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…”

Bahkan tak jarang Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa “bernostalgia” dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan.

Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas’ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi Muhammad SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda, “Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas’ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud….”

Abdullah bin Mas’ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar ra dan Umar ra.


  • Abdullah bin Mas’ud Saat Perang Badar


Ketika perang Badar usai, Nabi Muhammad SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas’ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.

Ibnu Mas’ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas’ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, “Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!”

“Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…”

Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar ra. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas’ud yang masih menginjak lehernya, “Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing….”

Ibnu Mas’ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi Muhammad SAW. Sampai di hadapan beliau, ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!”

“Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia,” Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi, “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…”

Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar ra dan Umar ra sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi Muhammad SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar ra dan Umar ra berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda, “Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!”

Nabi Muhammad SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo’a, “Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!”

Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas’ud berkata,”Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu….”

Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.

Sekian Kisah Dari Abdullah bin Mas'ud, Semoga bisa menjadi motivasi dan pelajaran untuk kita

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://umroh.com

KISAH ABDULLAH BIN MAS'UD

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as Sabiqunal Awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.


  • Pertemuan Abdullah bin Mas’un Dengan Nabi Muhammad SAW


Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas’ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu’aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas’ud pun tidak bisa memenuhi permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.

Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi Muhammad SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas’ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar ra datang dengan membawa batu cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar ra meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas’ud. Dan terakhir Abu Bakar ra memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata, “Mengempislah!!”

Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.

Ibnu Mas’ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi Muhammad SAW tersebut. Maka beliau menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas’ud memeluk Islam.

Nabi Muhammad SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda, “Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!”

Tentu saja Ibnu Mas’ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad SAW, apalagi saat itu ia hanyalah seorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al Qur’an.

Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al Qur’an kepada orang-orang Quraisy karena mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas’ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi Muhammad SAW mengkhawatirkan keselamatannya, beliau ingin orang lain saja, yang mempunyai kerabat kaum Quraisy, yang bisa memberikan perlindungan jika ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas’ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata, “Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah pasti akan membela saya…!!”


  • Abdullah bin Mas’ud Membaca Al Quran Dihadapan Kaum Quraisy


Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya, dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka’bah, dan Nabi Muhammad SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur’an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya adalah Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya, “Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?”

Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya.

Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, “Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad…!!”

Merekapun bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berkumpul. Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata, “Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!”

Tetapi dengan tegar Ibnu Mas’ud berkata, “Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…”

Mereka berkata, “Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!”

Nabi Muhammad SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.

Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al Qur’an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al Qur’an.

Bersambung ..........

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://umroh.com

20 February 2020

CARA MENGHAFAL AL-QURAN

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Diartikel ini saya akan membagikan sedikit ilmu tentang cara menghafal Al-Quran dengan benar dan tidak cepat hilang. Langkah - langkah nya sebagai berikut :

1. Bacalah berulang - ulang ayat yang akan anda hafalkan, biasanya 10-20 kali pengulangan.
2. Setelah itu, coba ulangi ayat tersebut tanpa melihat Al-Quran sebanyak 10-20 kali pengulangan.
3. Setelah ayat yang pertama sudah hafal, silahkan lanjut untuk menghafalkan ayat kedua dan seterusnya.
4. Cara menghafal ayat pertama dengan ayat kedua masih sama dengan langkah pertama sampai langkah yang kedua.
5. Jika ayat kedua sudah hafal, jangan langsung melanjutkan hafalan ke ayat yang selanjutnya, tetapi muroja'ah dulu ayat pertama dan ayat kedua yang sudah dihafal.
6. Setelah itu lanjutkan hafalan ayat selanjutnya seperti langkah langkah yang diatas.

"Kenapa setelah kita sudah hafal ayat satu kita tidak boleh melanjutkan ke ayat berikut nya, karena itu bertujuan agar ayat ayat yang sebelumnya dihafal tidak cepat lupa atau hilang. Dan jangan lupa untuk memuroja'ah hafalan hafalan anda agar hafalan anda semakin kuat."

Sekian Materi Yang Bisa Saya Sampaikan, Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Anda

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

19 February 2020

KISAH ZAID BIN TSABIT

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


  • Perkenalan


Zaid bin Tsabit adalah seorang yang diberi amanah untuk mengumpulkan dan menuliskan Al Qur’an pada zaman Kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Ia juga telah meriwayatkan 92 hadis Rasulullah saw. Lima diantaranya telah disepakati oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Selain itu, Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan empat hadis yang lain bersumber dari Zaid bin Tsabit.

Sementara, Imam muslim juga meriwayatkan satu hadis yang lain bersumberkan dari Zaid bin Tsabit. Zaid Ibn Tsabit, sang pakar Faraidh (ilmu waris) dalam umat ini, pada masa Rasulullah SAW beliau masih muda. Umurnya tidak lebih dari 23 tahun ketika Rasulullah SAW wafat. Kecerdasan dari Zaid bin Tsabit sungguh luar biasa. Dia mampu mempelajari suatu hal dengan sangat cepat.

Tanpa petunjuk dan rahmat Allah, seseorang tak akan mampu menguasai suatu ilmu. Allah adalah Dzat pemilik ilmu. Dari sisi-Nya, seluruh ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang telah dianugerahkan kepada para umat manusia diturunkan.



  • Kisah Zaid Sewaktu Kecil


Dalam kisah Zaid bin Tsabit, setelah Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah, seorang anak laki-laki dengan kecerdasan yang telah dianugerahkan bernama Zaid bin Tsabit ingin senantiasa untuk selalu dekat Rasulullah. Zaid bin Tsabit pernah berusaha agar bisa bergabung dengan pasukan kaum muslim. Namun, dia tidak diperbolehkan bergabung karena masih kecil, Zaid bin Tsabit lalu mencari cara lain.

Zaid bin Tsabit akhirnya mendapat sebuah ide brilian. Dia akan menunjukkan pengetahuan luas yang dimiliki dan kecerdasannya kepada Rasulullah SAW. Dengan ide yang dilakukan itu, dia berharap akan menjadi orang terdekat Rasulullah SAW. Lambat laun, Rasulullah mendengar kabar bahwa ada seorang anak laki-laki di Madinah yang cerdas dan hafal surat-surat Al-Qur’an, Rasulullah lantas memanggil Zaid untuk menghadap kepadanya.

Rasulullah SAW pun menguji Zaid dengan menyuruhnya membaca ayat-ayat yang telah dia hafal. Zaid bin Tsabit ternyata mampu membaca ayat-ayat yang dia hafal dengan sangat baik. Rasulullah SAW sangat kagum dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Zaid.

Setelah itu Rasulullah SAW meminta Zaid mempelajari bahasa Ibrani. Dengan semangat Zaid memenuhi permintaan beliau. Ternyata tidak membutuhkan waktu lama, Zaid dapat menguasainya. Berkat kecerdasan ini Zaid bin Tsabit diangkat sebagai sekretaris Rasulullah SAW.



  • Kisah Zaid Mengumpulkan Mushaf


Menurut kisah Zaid bin Tsabit, dalam peperangan melawan musallamah, banyak hafidz (penghafal Al-Qur’an) yang menjadi syuhada. Hal ini pun menjadi kekhawatiran para khalifah. Sehingga khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan mushaf (lembaran ayat-ayat) Al Qur’an untuk dibukukan. Ketika mendengar perintah itu, Zaid berkata,

“Dengan nama Allah, jika tuan menyuruh hamba memindahkan gulung dari satu tempat ke tempat lain. Itu tidak membebaniku sama sekali daripada mengumpulkan lembaran dari ayat-ayat asl Qur’an. Bagaimana tuan sanggup memerintahkan hamba melakukan sesuatu yang Rasulullah SAW sendiri tidak melakukannya”

Khalifah Abu Bakar pun menjelaskan tindakan ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan Al-Qur’an dari kehilangan. Wafatnya para penghafal al-qur’an akan menyebabkan hilangnya Al-Qur’an. Setelah mendengar penjelasan tersebut. Zaid memutuskan untuk menemui penduduk madinah yang memiliki mushaf dan mengumpulkan satu per satu lembaran Al-Qur’an dari mereka.

Zaid pun menyalin dengan menemui para hafidz yang menghafal Al-Qur’an dalam hati mereka. Karena bantuan mereka maka Zaid bisa mengumpulkan Mushaf Al-Qur’an hingga ayat terakhir, dan Zaid bin Tsabit pun meninggal pada 15 H (657 M).

Namun ketahuilah setelah Zaid menyelesaikan tugasanya. Maka Zaid menyerahkan hasilnya kepada Abu Bakar, Beliau menyimpan kumpulan ayat Al-Qur’an itu hingga wafat. Kumpulan ayat Al-Qur’an itu dipindahkan ke rumah Umar dan berakhir di tangannya Hafsah putri umar. Sampai masa pemerintahan dipimpin oleh Utsman. Sehingga pada zaman pemerintahan tersebut Al-Qur’an masih ada sampai sekarang karena jasa para hafidz dan ulama terdahulu.



  • Keutamaan Zaid bin Tsabit


Setelah mengetahui kisah Zaid bin Tsabit, kita tahu bahwa beliau telah dianugerahi kecerdasan oleh Allah SWT. Karena kecerdasan yang dimiliki tersebut ia bisa menjadi sekretaris pribadi Rasulullah SAW. Zaid bin Tsabit tidak hanya tampil sebagai penerjemah, tapi ia juga menjadi penulis wahyu. Bila wahyu telah turun, maka Rasulullah memanggil Zaid. Lalu dibacakan kepadanya dan zaid akan menulis yang dibaca.

Karena itu, Zaid bin Tsabit menulis Al-Qur’an sesuai dengan tuntunan Rasulullah secara bertahap sesuai dengan turunnya ayat. Alhasil, dia menjadi orang kedua tempat umat islam bertanya tentang Al-Qur’an sesudah yang pertama yaitu Rasulullah SAW.

Dia juga menjadi ketua kelompok yang telah ditugaskan menghimpun Al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq. Kemudian, dia pula yang menjadi ketua tim penyusunan mushaf pada zaman pemerintahan Usman bin Affan.

Diantara keutamaan yang dilimpahkan Al Qur’an terhadap Zaid bin Tsabit, dia pernah memberikan jalan keluar pada suatu jalanan buntu yang membingungkan orang pandai pada hari Saqifah. Kaum Muslimin juga pernah berbeda pendapat tentang pengganti Rasulullah sesudah beliau wafat.

Karena adanya perbedaan pendapat, hampir saja terjadi bencana di dalam kalangan kaum muslim kala itu. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring dan belum dimakamkan. Hanya kalimat-kalimat mutiara yang bergemerlapan dengan sinar Al-Qur’an yang sanggup mengubur bencana tersebut. Dan menyinari jalan buntu dengan solusi.

Maka Zaid pun mengeluarkan kalimat dari mulutnya, Dia berkata di hadapan kaumnya, orang-orang anshar

“Wahai kaum anshar, sesungguhnya Rasulullah SAW adalah orang Muhajirin. Karena itu sepantasnyalah pengganti Rasulullah adalah orang muhajirin pula”



  • Nilai Hormat kepada Ilmu dan Ulama


Ada Asy-Sya’bi bercerita, seusai menunaikan shalat jenazah. Zaid bin Tsabit mengambil keledainya. Ketika itu datanglah Ibnu Abbas serta merta mengambil kendali keledai tersebut agar dituntun olehnya. Namun Zaid berkata

“Lepaskan, wahai sepupu Rasulullah ”

Bukannya melepaskan tali kekang itu, Ibnu Abbas menjawab

“Kami diperintahkan berlaku seperti ini kepada para ulama”

Mendengar kalimat tersebut, Zaid mencium tangan Ibnu Abbas. Dan zaid berkata

“Beginilah kami disuruh berlaku terhadap keluarga Rasulullah SAW”

Ketika nilai seorang guru mulai mengalami penurunan dimata masyarakat, ilmu juga akan ikut diremehkan. Akibatnya masyarakat sendiri akan hancur. Meski ada sebagian guru dan pengajar yang tidak dapat dijadikan panutan. Namun masyarakat tidak bisa menjadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak hormat kepada mereka karena secara mayoritas para guru itu tetaplah baik.

Sekian Kisah Dari Zaid Bin Tsabit, Semoga Bisa Menjadi Motivasi & Pelajaran Untuk Kita

Wassalammu'alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://dalamislam.com/

FI'IL MADHI, FI'IL MUDHARI', FI'IL AMAR

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


  • Kata Kerja Atau Kalimah Fi’il Terbagi Tiga :


1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau

Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa berbicara.
Contoh :

قَرَأَ
“Telah membaca”.

Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti :

قَرَأْتُ
“Aku telah membaca”

قَرَاَتْ
“Dia (seorang perempuan) telah membaca”.


2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan

Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya, pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.

Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Contoh :

قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…

Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :

س, سوف, لن, أن, ان.
Syin, Saufa, Lan, An dan In

Contoh :

سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.

Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh:

لَمْ يَقْرَأْ
artinya: tidak membaca.

Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.

Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh

أضرب
aku akan memukul

Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh

نــضرب
kami akan memukul

Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh

يــضرب
dia (pr) akan memukul

يــضربان
dia berdua (lk-pr) akan memukul

يــضربون
mereka (lk) akan memukul

يــضربن
mereka (pr) akan memukul

Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh

تــضرب
kamu (lk)/dia (pr) akan memukul

تــضربا
kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul

تــضربون
kamu sekalian (lk) akan memukul

تــضربين
kamu (pr) akan memukul

تــضربن
kamu sekalian (pr) akan memukul

3.  Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah 

Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah masa berbicara. Contoh:

اقْرأْ
bacalah.

Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. Contoh :

اقْرَأَنَّ
sungguh bacalah.

Sekian Materi Yang Bisa Saya Sampaikan, Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Anda

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://nahwusharaf.wordpress.com

13 February 2020

KISAH UBAY BIN KA'AB 2

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


  • Kedudukan Ubay bin Ka’ab


Ubay bin Ka’ab menjadi guru dari sahabat-sahabat utama dalam bidang Alquran. Di antara murid beliau adalah Abdullah bin Abbas, Abu Hurarairah, Abdullah bin Saib, Abdullah bin Iyasy bin Abi Rabiah, Abu Abdurrahman as-Sulami -radhiallahu ‘anhum jami’an-.

Selain Alquran, Ubay juga meriwayatkan beberapa hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya:

روى البخاري بسنده عن سويد بن غفلة قال: لقيت أبي بن كعب فقال: أخذت صرةً مائةَ دينار، فأتيت النبي فقال: “عرِّفْها حولاً”. فعرفتها حولاً فلم أجد من يعرفها ثم أتيته، فقال: “عرِّفْها حولاً”. فعرفتها فلم أجد ثم أتيته ثلاثًا، فقال: “احفظ وعاءها وعددها ووكاءها، فإن جاء صاحبها وإلا فاستمتع بها”. فاستمتعت فلقيته بعدُ بمكة، فقال: لا أدري ثلاثة أحوال أو حولاً واحدًا.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dengan sanadnya dari Suwaid bin Ghaflah, ia berkata, “Aku bertemu dengan Ubay bin Ka’ab. Ia mengatakan, ‘Aku menemukan sebuah kantong yang berisikan seratus Dinar. Kemudia aku menemui Nabi. Beliau bersabada, ‘Umumkanlah selama setahun’. Aku pun mengumumkannya selama setahun. Namun tidak ada yang mengakuinya. Kemudian kutemui lagi Nabi. Beliau bersabad, ‘Umumkanlah selama setahun’. Ku-umumkan setahun, namun tak juga ada yang mengakuinya. Kemudian kutemui lagi beliau untuk yang ketiga kalinya. Beliau bersabda, ‘Jaga wadah, jumlah, dan pengikatnya. Jika pemiliknya datang (berikan). Jika tidak, gunakanlah’. Aku pun menggunakannya.


  • Kata-Kata Bijak Ubay bib Ka’ab


Ubay bin Ka’ab memotivasi kaum muslimin untuk serius mempelajari bahasa Arab. Beliau mengatakan,

تعلموا العربية كما تعلّمون حفظ القرآن

“Pelajarilah bahasa Arab, sebagaimana kalian mempelajari menghafal Alquran.”

Ia juga mengajarkan agar kaum muslimin mengedepankan Allah dari segala hal. Di antara pesannya adalah:

ما ترك عبد شيئًا لا يتركه إلا لله إلا آتاه الله ما هو خير منه من حيث لا يحتسب، ولا تهاون به فأخذه من حيث لا ينبغي له إلا أتاه الله بما هو أشد عليه.

“Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu yang motivasinya hanya karena Allah. Pasti Allah akan menggantikan sesuatu yang lebih baik untuknya dari jalan yang tidak ia sangka. Tidaklah ia meremehkan sesuatu yang tak pantas itu, ia ambil dengan cara yang tak selayaknya, pasti Allah akan datangkan sesuatu yang lebih buruk untuknya.”


  • Wafat


Sejarawan berbeda pendapat kapan tahun wafatnya Ubay. Ada yang mengatakan ia wafat pada masa kekhalifahan Umar. Yaitu pada tahun 19 H. Ada juga yang mengatakan tahun 20 H. Pendapat lainnya menyatakan tahun 22 H. Pada masa khalifah utsman tahun 32 H. Pendapat terakhir ini terdapat dalam al-Mustadrak. Dan ini merupakan pendapat yang paling kuat karena Utsman memasukkannya dalam tim penyusun Alquran.


Sekian Kisah Dari Ubay Bin Ka'ab, Semoga Bisa Menjadi Motivasi Bagi Kita Untuk Senantiasa Mengahafal & Mempelajari Al-Quran

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://kisahmuslim.com

12 February 2020

KISAH UBAY BIN KA'AB

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ubay bin Ka’ab al-Anshari salah seorang sahabat mulia. Seorang sahabat Anshar yang disebut qari’nya (pembaca Alqurannya) Rasulullah. Ia datang ke Mekah. Bertemu Rasulullah dan menawarkan Kota Madinah, negeri yang aman untuk hijrah beliau. Berikut ini tulisan pertama dari dua tulisan tentang sahabat yang mulia, Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu.


  • Mengenal Qari Rasulullah


Dia adalah Ubay bin Ka’ab bin Qays al-Khazraji al-Anshari. Ia memiliki dua kun-yah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu al-Mundzir. Sedangkan Umar bin al-Khattab menyebutnya Abu aht-Thufail. Karena ia memiliki seorang putra yang bernama ath-Thufail.

Ubay adalah seorang laki-laki yang rambut dan janggutnya berwarna putih. Namun ia tak mengubah warna perak rambut kepalanya itu dengan inay. Atau pewarna lainnya.

Allah Ta’ala memilih Ubay termasuk salah seorang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia bersyahadat saat Baiat Aqobah kedua. Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, ia dipersaudarakan dengan Said bin Zaid. Salah seorang dari sepuluh orang sahabat utama, al-muabsyiruna bil jannah.


  • Dididik Sang Nabi


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pendidik yang handal. Beliau memberi teladan dengan lisan dan perbuatan. Apa yang beliau ajarkan menancap di hati. Menjadi guratan-guratan yang muncul dalam perbuatan. Ubay pun merasakan murninya pendidikan nubuwah itu.

عن أبي هريرة أن رسول الله خرج على أبي بن كعب، فقال رسول الله: “يا أُبيّ” وهو يصلي، فالتفت أبي ولم يجبه، وصلى أبيّ فخفف ثم انصرف إلى رسول الله، فقال: السلام عليك يا رسول الله. فقال رسول الله: “ما منعك يا أبي أن تجيبني إذ دعوتك؟”. فقال: يا رسول الله، إني كنت في الصلاة. قال: “أفلم تجد فيما أوحي إليَّ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]؟” قال: بلى، ولا أعود إن شاء الله.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui Ubay bin Ka’ab. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Ubay.” Saat itu Ubay sedang shalat. Ia hanya menoleh, tapi tidak menjawab panggilan Nabi. Ubay melanjutkan shalatnya. Dan menyegerakannya.

Setelah itu ia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Assalamu’alaika ya Rasulullah,” sapa Ubay. Rasulullah bersabda, “Hai Ubay, apa yang menghalangi untuk menjawab panggilanku saat aku menanggilmu tadi?” “Wahai Rasulullah, tadi aku sedang shalat,” jawab Ubay.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Tidakkah engkau mendapati sesuatu yang diwahyukan kepadaku ‘Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu’?” [Quran Al-Anfal: 24].

“Iya (aku telah mengetahuinya). Aku tidak akan mengulanginya lagi, insyaallah,” janji Ubay. (Sunan at-Turmudzi, Kitab Fadhail Quran, Juz: 5: 2875).

Perhatikanlah, bagaimana para sahabat dalam menanggapi perintah Rasulullah. Mereka tidak membantah. Tidak mengedepankan hasrat dan keinginan mereka. Ketika mengetahui bahwa Rasulullah menafsirkan ayat tersebut demikian. Mereka pun berazam untuk mengamalkannya. Tentu ini menjadi teladan bagi kita. Bagaimana adab ketika mendengar atau membaca hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah dan larangan.

Rasulullah melarang kita dari riba, mendekati zina, dll. Beliau memerintahkan wanita muslimah untuk mengenakan hijab yang sempurna. Ingatlah pesan Allah yang disampaikan Rasulullah dalam Surat Al-Anfal ayat 24 tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.” [Quran Al-Anfal: 24].

Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad dari Abu Hurairah dari Ubay bin Ka’ab bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“ألا أعلمك سورة ما أنزل في التوراة ولا في الزبور ولا في الإنجيل ولا في القرآن مثلها؟” قلت: بلى. قال: “فإني أرجو أن لا تخرج من ذلك الباب حتى تعلمها”. ثم قام رسول الله فقمت معه، فأخذ بيدي فجعل يحدثني حتى بلغ قرب الباب. قال: فذكّرته فقلت: يا رسول الله، السورة التي قلت لي. قال: “فكيف تقرأ إذا قمت تصلي؟” فقرأ بفاتحة الكتاب، قال: “هي هي، وهي السبع المثاني والقرآن العظيم الذي أوتيتُه”.

“Maukah kuajarkan kepadamu suatu surat yang tidak Dia turunkan yang semisalnya dalam Taurat dan Injil. Juga tidak ada pada Alquran yang semisalnya?” Ubay menjawab, “Tentu.” “Aku berharap sebelum engkau keluar dari pintu itu, engkau telah mempelajarinya,” kata Rasulullah.

Kemudian Rasulullah berdiri. Dan aku berdiri bersamanya. Beliau mengandeng tanganku sambil mengajarkanku. Sampai beliau hampir sampai di pintu.

Aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, mana surat yang Anda janjikan untukku?”

Beliau berkata, “Apa yang engkau baca saat shalat?”

“Aku membaca surat Al-Fatihah,” jawabku.

“Itulah dia. Itulah dia (surat yang tidak terdapat dalam Injil dan Taurat. Bahkan dalam Alquran yang menyamai kemuliaannya). Surat itu adalah tujuh yang berulang-ulang. Dan Alquran yang agung yang diwahyukan padaku.”

Dalam riwayat yang lain, Ubay memperlambat langkahnya. Karena sangat ingin mendengar surat yang dijanjikan Rasulullah untuknya. Demikianlah semangatnya Ubay bin Ka’ab dan sahabat-sahabat lainnya memperoleh ilmu dari Rasulullah.


  • Kemuliaan Ubay bin Ka’ab


روى البخاري بسنده عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: قَالَ النَّبِيُّ لأُبَيٍّ: “إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ {لَمْ يَكُنْ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ}”. قَالَ: وَسَمَّانِي؟! قَالَ: “نَعَمْ”، فَبَكَى.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi berkata kepada Ka’ab, “Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan kepadamu ‘Orang-orang kafir yakni ahli Kitab… [Quran Al-Bayyinah: 1]”

“Dia (Allah) menyebut namaku, wahai Rasulullah,” tanya Ubay penuh haru. “Iya,” jawab Nabi. Ubay pun menangis. (HR. al-Bukhari 4959)

فكان ممن جمعوا القرآن على عهد رسول الله؛ ففي البخاري بسنده عن قتادة قال: سألت أنس بن مالك: من جمع القرآن على عهد النبي؟ قال: أربعة كلهم من الأنصار: أبي بن كعب، ومعاذ بن جبل، وزيد بن ثابت، وأبو زيد رضي الله عنهم جميعًا.

Ubay adalah orang yang mencatat dan menyusun Alquran di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, ia berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik, ‘Siapa yang mengumpulkan Alquran di masa Nabi?’ Anas menjawab, ‘Ada empat orang. Semuanya dari kalangan Anshar. Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid -radhiallahu ‘anhum jami’an’.” (HR. al-Bukhari, 5003).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa ia adalah orang yang paling fasih bacaan Alqurannya di umat ini. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ وَأَعْلَمُهُمْ بِالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيٌّ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ

“Umatku yang paling penyayang terhadap yang lain adalah Abu Bakar. Yang paling kokoh dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar. Yang paling jujur dan pemalu adalah Utsman. Yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Yang paling mengetahui ilmu fara’idh (pembagian harta warisan) adalah Zaid bin Tsaabit. Yang paling bagus bacaan Alqurannya adalah Ubay. Setiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (HR. at-Turmudzi 3791).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui luasnya ilmu Ubay bin Ka’ab. Dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,

“يا أبا المنذر، أتدري أي آية من كتاب الله معك أعظم؟” قال: قلت: الله ورسوله أعلم. قال: “يا أبا المنذر، أتدري أي آية من كتاب الله معك أعظم؟” قال: قلت: “اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ”. قال: فضرب في صدري وقال: “وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ”.

“Wahai Abu al-Mundzir, tahukah engkau satu ayat yang paling agung dalam Kitabullah yang kau hafal?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui.” “Wahai Abu al-Mundzir, tahukah engkau satu ayat yang paling agung dalam Kitabullah yang kau hafal?” Rasulullah ingin Ubay menjawabnya. Aku menjawab, “Allaahu laa ilaaha illaa huwa al-Hayyu al-Qayyum… (Allah Dialah yang tidak ada sesembahan selain Dia. Yang Maha Hidup dan terus-menerus mengurusi makhluknya).” Kemudian Rasulullah menderapkan tangannya di dadaku dan mengatakan, “Demi Allah, semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Mundzir.” (HR. Muslim 810).

Banyak tokoh-tokoh sahabat yang belajar Alquran dari Ubay. Di antara mereka: Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib, Abdullah bin Ayyasy bin Abi Rabi’ah, Abu Abdurrahman as-Sulami -radhiallahu ‘anhu jami’an-.

Kemuliaan lainnya yang disandang sahabat Anshar ini adalah sebagai penulis wahyu. Ubay adalah orang pertama di Madinah yang menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Kalau tidak ada Ubay, baru Rasulullah memanggil Zaid bin Tsabit. Di zaman Umar, ia diangkat menjadi hakim di Yaman.

Bersambung.....

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://kisahmuslim.com

6 February 2020

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN DAN ADAB MEMBACA AL-QURAN

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sebelum kita membaca Al-Quran, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu keutamaan dan adab membaca Al-Quran. Supaya kita semakin termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Quran.


  • Keutamaan Membaca Al-Quran :

1. Al-Quran merupakan kitab suci yang penuh barakah
2. Orang yang membaca Al-Quran akan menjadi orang yang selalu beruntung
3. Al-Quran mengangkat derajat orang menjadi sebaik - baiknya manusia dengan belajar dan mengajarkannya
4. Al-Quran akan datang memberi syafaat pada pembacanya di Hari Kiamat
5. Orang yang membaca Al-Quran memperoleh pahala berlipat ganda dari setiap hurufnya
6. Orang yang gemar membaca Al-Quran akan dikumpulkan bersama para malaikat
7. Syaitan lari dari rumah yang dibacakan didalamnya surah Al-Baqarah

  • Adab Ketika Membaca Al-Quran :

1. Suci dari hadas besar dan kecil
2. Membersihkan mulut dengan siwak atau yang lainnya
3. Membaca di tempat yang suci dan menghadap kiblat
4. Membaca dengan khusyu', tenang, dan tunduk serta berusaha memahami isinya
5. Membaca ta'awwudz pada saat memulai membaca Al-Quran


Sekian materi yang bisa saya sampaikan, semoga bisa bermanfaat untuk anda

Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
Al-Quran & Terjemah Rasm Utsmani "Ar-Rahman"

5 February 2020

HUKUM MAD

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hukum Mad jika dikaji secara bahasa mempunyai makna membentangkan atau bisa juga memanjangkan. Tetapi jika dikaitkan dengan huruf mempunyai arti panjang. Adapun mad menurut istilah adalah memanjangkan bacaan (suara) ketika membaca huruf mad. Untuk itulah kita juga harus tahu tentang bacaan mad ini yang ternyata juga mempunyai banyak macamnya. Sebelumnya harus kita ketahui bahwa bacaan mad ini mempunyai dua jenis. Yaitu mad thabi’i dan mad far’i.


  • Macam Macam Hukum Mad :


1. Mad Thabi’i
Mad ini juga bisa disebut dengan mad asli. Artinya, panjang dari bacaan tersebut hanya dikarenakan adanya huruf mad tersebut. Untuk panjangnya adalah dua harakat. Contoh : 
a. huruf wawu (و ) contohnya adalah :
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ 
b. Untuk huruf alif  (ا ) contohnya adalah :   مَا فِي السَّمَاوَاتِ
c. Untuk huruf ya’ (ي ) contohnya adalah : سَبِيْلِ اللّه

2. Mad Wajib Muttashil
Mad ini adalah ketika huruf mad bertemu dengan huruf hamzah, dan terletak dalam satu kalimat. Cara membaca mad ini adalah dibaca panjang dengan panjang lima harakat. Contoh :  حُنَفَآءَ, سُوْءٌ , جِيْءَ

3. Mad ‘Aridh Lis-sukuun
Mad thabi’i atau mad layyin yang jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan. Adapun panjang mad ini adalah dua sampai enam rakaat. Contoh : ٱلۡخَٰسِرُونَ , ٱلظَّٰلِمِينَ, ٱلۡخَنَّاسِ

4. Mad ‘Iwad
Mad yang terjadi karena berhenti pada huruf yang akhirannya terdapat harakat fathah tanwin. Panjang mad ini adalah dua harakat. Contoh : نَهَارٗا, أَبَدٗاۖ , رَحِيْماً

5. Mad Badal
Bacaan mad yang terjadi karena adanya huruf hamzah yang bertemu dengan huruf mad. Panjang mad ini adalah dua harakat. Contoh :   أُوْتِيَ , إِيْمَانٌ

6. Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi
Adanya huruf yang berharakat sukun yang sebelumnya terdapat huruf alif. Mad ini panjangnya adalah enam harakat. Bacaan mad ini hanya ada satu dalam al-Qur’an yang yang terdapat pada dua ayat. Yakni pada QS. Yunus 10: 51 & 91. Seperti berikut ini : ءَآلۡـَٰٔنَ وَقَدۡ كُنتُم , ءَآلۡـَٰٔنَ وَقَدۡ عَصَيۡتَ

7. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
Adanya huruf yang bertasydid, yang mana huruf tersebut jatuh setelah huruf mad. Mad ini dibaca panjang enam harakat. Contoh : ٱلضَّآلِّينَ , تَحَٰٓضُّونَ , ٱلصَّآخَّةُ

8. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Bacaan mad yang terletak pada huruf-huruf yang ada di awal surat, serta tidak di idghamkan (tidak memakai tasydid). Panjang mad ini adalah dua sampai enam harakat. Contoh :  يس, طه,  ق

9. Mad Lazim Harfi Musyabba’
Untuk bacaan mad ini mirip dengan mad lazim harfi mukhaffaf. Adapun yang membedakannya adalah bacaan mad yang terletak di awal surat tersebut tidak di idghamkan. Untuk panjang bacaan mad ini adalah enam harakat. Contoh :  آلمّ , طسمّ

10. Mad Shilah Thawiilah
Mad ini adalah mirip dengan mad shilah qashirah. Adapun yang membedakannya adalah setelah huruf ha’ dhamir 
(ىهُ/ىهِ) tersebut terdapat huruf alif atau hamzah, tetapi dalam kalimat yang terpisah. Panjang mad ini adalah lima harakat. Contoh :  بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ , وَلَهُۥٓ أُخۡتٞ

11. Mad Tamkin
Adanya huruf ya’ yang berharakat sukun (يْ) yang jatuh setelah huruf ya’ yang bertasydid dan berharakat kasrah ( يِّ). Panjang mad ini adalah dua harakat. Contoh : حُيِّييْتُمْ , اَلنَّبِيّيْنَ

12. Mad Farq
Mad asli yang jatuh sebelum huruf yang bertasydid. Panjang mad ini adalah tiga alif atau enam harakat.
Contoh : قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ , قُلۡ ءَآلذَّكَرَيْنِ

Sekian Materi Yang Bisa Admin Sampaikan, Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Anda

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
https://portal-ilmu.com

1 February 2020

HUKUM MIM MATI

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


  • Apabila Terdapat Mim Sakinah, Maka Hukumnya Ada Tiga, Yaitu :

1. Ikhfa Syafawi
Yaitu apabila mim mati bertemu dengan huruf ب maka cara pengucapannya mim tampak samar disertai dengan ghunnah

2. Idgham Mitslain / Idgham Mimi
Yaitu apabila mim mati bertemu dengan م maka cara pengucapannya harus disertai dengan ghunnah.

3. Izhar Syafawi
Yaitu apabila mim mati bertemu dengan selain huruf م dan ب maka cara pengucapannya adalah mim harus tampak jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu dengan ف  dan و sedikitpun mim tidak boleh terpengaruh makhroj ف dan و walaupun makhrojnya berdekatan/sama.

Sekian Materi Yang Bisa Admin Sampaikan, Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Anda

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
Buku "Metode Al-Qosimi" oleh Abu Hurri Al-Qosimi Al-Hafidz

HUKUM NUN MATI & TANWIN

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pengucapan nun mati atau tanwin ada yang harus jelas, ada yang harus samar, ada yang harus lebur, sehingga nun mati atau tanwin tersebut tidak tampak, dan ada pula yang berubah menjadi mim


  • Macam - macam Hukum Nun Mati dan Tanwin :


1. Izhar Halqi
Secara bahasa artinya jelas, sedangkan menurut ilmu tajwid adalah pembacaan nun mati atau tanwin sesuai dengan makhrojnya tanpa dighunnahkan apabila bertemu dengan salah satu huruf izhar.
Huruf - huruf nya yaitu : ( خ، ح، غ، ع، ه، ء)

2. Idgham
Secara bahasa artinya memasukkan, sedangkan menurut ilmu tajwid adalah pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf - huruf idgham atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang ditasydidkan. Idgham dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Idgham Bi Ghunnah
Pembacaan idgham yang harus dighunnahkan.
Huruf - hurufnya yaitu : (ي، ن، م، و)

b. Idgham Bila Ghunnah
Pembacaan idgham yang tidak boleh dighunnahkan.
Huruf - hurufnya yaitu : (ل، ر)

3. Iqlab
Secara bahasa artinya merubah, sedangkan menurut istilah adalah apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan ب, maka berubah menjadi مyang disertai ghunnah dan ikhfa.

4. Ikhfa
Secara bahasa artinya menutupi, sedangkan yang dimaksud disini adalah pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu huruf - huruf ikhfa.
Huruf - hurufnya yaitu :
(ص، ذ، ث، ك، ج، ش، ق، س، د، ط، ز، ف، ت، ض، ظ)

Sekian Ilmu Yang Bisa Admin Sampaikan, Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Anda

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sumber :
Buku "Metode Al-Qosimi" oleh Abu Hurri Al-Qosimi Al-Hafidz

KISAH ABDULLAH BIN MAS'UD 2

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Kemampuan yang Dimiliki Abdullah bin Mas’ud Ia memang hampir tidak pernah terpisah...